Machine Simulator-Sekuensial

LAPORAN EKSPERIMEN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

PROGRAM STUDI S1 ELKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

MACHINE SIMULATOR-SEKUENSIAL

Disusun Oleh:

Nama : Fandri Dulhadh
NIM : 16/398402/PA/17363

Tujuan Eksperimen :

Mahasiswa memahami cara menggunakan machine simulator

Mahasiswa memahami logika program PLC dari machine simulator

Mahasiswa memahami logika sekuensial dalam memprogram PLC

Dasar Teori :

Logika sekuensial merupakan logika algoritma program yang pembuatan dan penulisan source codenya dirunut secara satu per satu dan berurutan antara sebab akibatnya.

Machine Simulator digunakan untuk mensimulasikan berbagai sistem mesin yang divisualisasikan dalam bentuk animasi untuk mengidentifikasi program-program error dalam PLC sehingga tidak menimbulkan kerusakan saat uji coba di lapangan.

Dalam eksperimen ini PLC yang digunakan adalah PLC CP1H-XA40DT-D. Dilihat dari datasheet model PLC ini mempunyai 40 pin output-input. Terdiri dari 24 pin input dan 16 pin output. Pin input pada CP1H hanya bisa membaca bit sejumlah 12 bit. Maka alamatnya dari 0.00 sampai 0.11 dan 12 bit berikutnya beralamat dari 1.00 sampai 1.11 sehingga jika ditotalkan jumlah bitnya 24 bit yang berarti ada 24 input digital. Pada pin output hanya bisa membaca 8 bit saja sehingga alamatnya 100.00 sampai 100.07 dan 8 bit berikutnya 101.00 sampai 101.07. Jika ditotalkan menjadi 16 bit. Pada model ini juga terdapat 8 analog input-output terminal yang terbagi menjadi 4 pin analog dengan output tegangan dan 4 pin analog dengan output arus.

Dalam eksperimen, software untuk simulasi PLC yang digunakan adalah CX Programmer. CX-Programmer merupakan software khusus untuk memprogram PLC buatan OMRON. CX Programmer ini sendiri merupakan salah satu software bagian dari CX-One. Dengan CX-Programmer ini kita bisa memprogram aneka PLC buatan omron dan salah satu fitur yang paling menarik yaitu adanya fitur simulasi tanpa harus terhubung dengan PLC, sehingga kita bisa mensimulasikan ladder yang kita buat, dan simulasi ini juga bisa kita hubungkan dengan HMI PLC Omron yang telah kita buat dengan menggunakan CX-Designer (bagian dari CX-One). Untuk memulai menggunakan CX-Programmer ini yaitu pada menu pilih file -> new atau bisa langsung pada toolbar klik gambar kertas putih untuk memulai membuat project baru.

Ladder Diagram :

  1. Lampu sekuensial

2. Lampu nonsekuensial

3. Drill sekuensial

Hasil dan Pembahasan :

  1. Lampu sekuensial

Pada praktikum kali ini akan dibuat rangkaian sekuensial untuk menghidupkan 2 lampu. Jika tombol 1 ditekan maka lampu 1 akan menyala. Jika tombol 2 ditekan maka lampu 1 akan mati dan lampu 2 akan menyala selama 5 detik. Disini digunakan 2 inputan yaitu tombol 1 dan tombol 2 dan digunakan 2 output yaitu lampu 1 dan lampu 2. Pada logika sekuensial segala macam proses menggunakan workbit sebagai tempat menampung proses. Pada workbit W0.01 atau K1 digunakan untuk menampung sementara inputan tombol 1 dengan alamat 0.00. Pada workbit W0.02 atau K2 digunakan untuk menampung sementara inputan tombol 2 dengan alamat 0.01. Pada workbit W0.03 atau K3 digunakan sebagai syarat untuk menampung proses menghidupkan lampu 1 dengan output 100.00 dengan cara K1 tadi di ANDNOT kan dengan K5 atau workbit W0.05 untuk memutus latching dan di OR kan dengan K3 itu sendiri untuk latching. Pada workbit 0.04 atau K4 digunakan untuk proses menampung latching K4 yang di OR kan dengan K2 dan di AND kan dengan K3 dan juga untuk menghidupkan timer sebagai syarat untuk menghidupkan lampu 2 dengan alamat 100.01. Kemudian pada K5 ditampung proses untuk menghidupkan lampu 2 dengan output timer selama 5 detik di AND kan dengan K4. Output lampu 1 dengan alamat 100.00 didapat dari proses K3 di AND kan dengan K4 dan output lampu 2 dengan alamat 100.01 didapat dari proses K4. Ketika timer selesai timer menjadi off dan mematikan lampu 2.

2. Lampu nonsekuensial

Pada praktikum kali ini kasusnya sama dengan praktikum lampu sekuensial, hanya saja tidak dirunut satu per satu seperti pada program sekuensial sehingga ladder nya lebih ringkas. Inputan tombol 1 dengan alamat 0.00 disimpan pada workbit 0.01 dan tombol 2 dengan alamat 0.01 disimpan pada workbit 0.02. Kemudian digunakan workbit 0.03 untuk mengidupkan lampu 1 dengan alamat output 100.00. Workbit 0.03 menyimpan proses workbit 0.01 di OR kan dengan output 100.00 sebagai latching kemudian di ANDNOT kan dengan output lampu 2 (100.01) dan di ANDNOT kan lagi dengan timer sebagai pemutus latchingnya. Kemudian workbit 0.02 digunakan untuk mengaktifkan timer dan lampu 2 dengan alamat output 100.01. Lampu 2 akan mati ketika timer selesai dan memutus latching workbit 0.02 dengan output 100.01

3. Drill sekuensial

Pada praktikum kali ini kasusnya sama dengan praktikum machine simulator yang sebelumnya, bedanya sekarang dibuat program sekuensialnya. Untuk K0 sampai dengan K8 merupakan workbit untuk menyimpan inputan, sedangkan untuk K9 sampai dengan K17 merupakan workbit untuk menyimpan proses. K0 dengan alamat workbit 0.00 menyimpan inputan tombol start dengan alamat W2.00 yang di OR kan dengan K0 sebagai latching dan di ANDNOT kan dengan W2.01 sebagai pemutus latching. K1 dengan alamat workbit 0.01 menyimpan inputan photocell 1. K2 dengan alamat workbit 0.02 menyimpan inputan pusher 1 back. K3 dengan alamat workbit 0.03 menyimpan inputan pusher 1 advance. K4 dengan alamat workbit 0.04 menyimpan input pusher 2 back. K5 dengan alamat workbit 0.05 menyimpan inputan pusher 2 advance. K6 dengan alamat workbit 0.06 menyimpan inputan up/drill up. K7 dengan alamat workbit 0.07 menyimpan inputan down/drill down. K8 dengan alamat workbit 0.08 menyimpan inputan photocell 2. Kemudian masuk ke workbit proses. K9 dengan alamat workbit 0.09 menyimpan proses K0 AND K2 AND K4 AND K6 dan di OR dengan K9 itu sendiri sebagai latching dan pemutus latchingnya di ANDNOT kan dengan K17. K10 dengan alamat workbit 1.00 menyimpan proses K1 di OR kan dengan K10 sebagai latching dan di AND kan dengan K9. K11 dengan alamat workbit 1.01 menyimpan proses K8 AND K3 kemudian di OR kan dengan K11 sebagai latching dan di AND lagi dengan K10. K12 dengan alamat workbit 1.02 menyimpan proses K7 di OR kan dengan K12 sebagai latching dan di AND kan lagi dengan K11. K13 dengan alamat workbit 1.03 menyimpan proses inputan timer yang di OR kan dengan K13 sebagai latching dan di AND kan dengan K12. K12 juga yang mengaktifkan timer tersebut. K14 dengan alamat workbit 1.04 menyimpan proses K2 di OR kan dengan K14 sebagai latching dan di AND kan lagi dengan K13. K15 dengan alamat workbit 1.05 menyimpan proses K6 di OR dengan K15 sebagai latching dan di AND kan dengan K14. K16 dengan alamat workbit 1.06 menyimpan proses K5 di OR dengan K16 sebagai latching dan di AND kan dengan K15. K17 dengan alamat workbit 1.07 menyimpan proses K4 di AND kan dengan K16. Output Create dengan alamat 100.00 dihasilkan dari proses K9 di ANDNOT K10. Output Pusher 1 dengan alamat 100.01 dihasilkan dari proses K10 di ANDNOT K13. Output Pusher 2 dengan alamat 100.02 dihasilkan dari proses K15 di ANDNOT K16. Output Drill Down dengan alamat 100.03 dihasilkan dari proses K11 di ANDNOT K14. Output Modif dengan alamat 100.04 dihasilkan dari proses K11 ANDNOT K14. Output Drill Up dengan alamat 100.05 dihasilkan dari proses K14 di ANDNOT K15. Output Modifier dengan alamat 100.07 dihasilkan dari proses K12 di ANDNOT K13.

Kesimpulan :

Pemrograman sekuensial sangat membantu dalam merunut logika penyelesaian permasalahan supaya didapat solusi yang bekerja dengan baik terhadap sistem dan tidak error.

Machine simulator sangat berguna untuk mensimulasikan sistem dengan PLC agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakan saat diimplemetasikan pada kegiatan industri sebenarnya.

Machine Simulator memudahkan proses troubleshoot terhadap logika pemrograman PLC melalui animasi yang dibikin sesuai dengan kondisi nyata.

Referensi :

https://www.3dsystems.com/software/gibbscam/machine-simulation

https://www.musbikhin.com/pengantar-cx-programmer-seri-belajar-plc/

http://www.nirtec.com/index.php/machines-simulator-vr-2/

http://bloggernaikhaji.blogspot.com/2013/09/sekuensial-programing.html

Machine Simulator

LAPORAN EKSPERIMEN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

PROGRAM STUDI S1 ELKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

MACHINE SIMULATOR

Disusun Oleh:

Nama : Fandri Dulhadh
NIM : 16/398402/PA/17363

Tujuan Eksperimen :

Mahasiswa memahami cara menggunakan machine simulator

Mahasiswa memahami logika program PLC dari machine simulator

Dasar Teori :

Machine Simulator digunakan untuk mensimulasikan berbagai sistem mesin yang divisualisasikan dalam bentuk animasi untuk mengidentifikasi program-program error dalam PLC sehingga tidak menimbulkan kerusakan saat uji coba di lapangan.

Dalam eksperimen ini PLC yang digunakan adalah PLC CP1H-XA40DT-D. Dilihat dari datasheet model PLC ini mempunyai 40 pin output-input. Terdiri dari 24 pin input dan 16 pin output. Pin input pada CP1H hanya bisa membaca bit sejumlah 12 bit. Maka alamatnya dari 0.00 sampai 0.11 dan 12 bit berikutnya beralamat dari 1.00 sampai 1.11 sehingga jika ditotalkan jumlah bitnya 24 bit yang berarti ada 24 input digital. Pada pin output hanya bisa membaca 8 bit saja sehingga alamatnya 100.00 sampai 100.07 dan 8 bit berikutnya 101.00 sampai 101.07. Jika ditotalkan menjadi 16 bit. Pada model ini juga terdapat 8 analog input-output terminal yang terbagi menjadi 4 pin analog dengan output tegangan dan 4 pin analog dengan output arus.

Dalam eksperimen, software untuk simulasi PLC yang digunakan adalah CX Programmer. CX-Programmer merupakan software khusus untuk memprogram PLC buatan OMRON. CX Programmer ini sendiri merupakan salah satu software bagian dari CX-One. Dengan CX-Programmer ini kita bisa memprogram aneka PLC buatan omron dan salah satu fitur yang paling menarik yaitu adanya fitur simulasi tanpa harus terhubung dengan PLC, sehingga kita bisa mensimulasikan ladder yang kita buat, dan simulasi ini juga bisa kita hubungkan dengan HMI PLC Omron yang telah kita buat dengan menggunakan CX-Designer (bagian dari CX-One). Untuk memulai menggunakan CX-Programmer ini yaitu pada menu pilih file -> new atau bisa langsung pada toolbar klik gambar kertas putih untuk memulai membuat project baru.

Ladder Diagram :

Hasil dan Pembahasan :

Pada eksperimen kali ini dibuat program pada CX Programmer untuk mensimulasikan sistem drill sistem sebuah pabrik dalam Machine Simulator dengan menggunakan PLC. Berikut tampilan Machine Simulator untuk drill sistem :

Dalam sistem tersebut dibutuhkan tombol start dan tombol stop. Tombol start diberi alamat W0.00 dan tombol stop diberi alamat W0.01. Ketika tombol start ditekan maka akan mengaktifkan output berupa workbit part dengan alamat W100.00 dan di latching serta langsung setelah itu mengaktifkan part creator dengan alamat output 100.00. Hal ini membuat part atau bahan yang akan di bor jatuh tepat di depan pusher 1. Photocell dengan alamat input 0.00 akan mendeteksi part yang jatuh di depan pusher 1 dan menonaktifkan part creator agar part-part tidak saling tumpang tindih. Inputan photocell ini akan mengaktifkan workbit push adv dengan alamat W100.01 dan diikuti setelahnya mengaktifkan output pusher 1 dengan alamat 100.01. Pusher 1 ini akan mendorong part ke arah tepat di bawah mata bor. Workbit push adv di latching supaya pusher 1 dapat aktif terus. Kemudian terdapat inputan signal adv dengan alamat input 0.02. Ketika input signal adv ini aktif maka modif atau bor berputar. Modif dengan alamat output 100.04 di latching agar dapat bekerja secara terus menerus. Output modif juga akan mengaktifkan output drill down dengan alamat 100.03 agar bor turun dan melubangi part. Drill down ini di latching agar dapat menahan dirinya untuk tetap turun. Kemudian terdapat inputan drill down pos dengan alamat 0.06. Ketika input drill down pos ini aktif maka akan menonaktifkan latching drill down dan mengaktifkan output drill up dengan alamat 100.05 sehingga bor kembali naik ke atas. Setelahnya terdapat inputan drill up pos dengan alamat 0.05. Ketika input drill up pos ini aktif maka akan memutus latching dari output modif sehingga bor berhenti berputar dan juga akan memutus latching dari workbit push adv sehingga pusher 1 kembali ke tempat semula. Kemudian terdapat input pusher 1 back dengan alamat 0.01. Ketika input pusher 1 back aktif maka akan mengaktifkan output pusher 2 dengan alamat 100.02 sehingga pusher 2 akan mendorong part ke proses berikutnya. Pusher 2 ini menggunakan latching supaya mendorong terus. Kemudian terdapat inputan pusher2 adv dengan alamat 0.04. Inputan ini ketika aktif akan memutus latching untuk pusher 2 sehingga pusher 2 kembali ke tempat semula. Berikutnya terdapat inputan pusher 2 back dengan alamat 0.03 yang di OR kan dengan output workbit part. Inputan ini ketika aktif akan mengaktifkan kembali part creator untuk menjatuhkan kembali part ke depan pusher 1. Proses berlanjut seperti semula.

Kesimpulan :

Machine simulator sangat berguna untuk mensimulasikan sistem dengan PLC agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan kerusakan saat diimplemetasikan pada kegiatan industri sebenarnya.

Machine Simulator memudahkan proses troubleshoot terhadap logika pemrograman PLC melalui animasi yang dibikin sesuai dengan kondisi nyata.

Referensi :

https://www.3dsystems.com/software/gibbscam/machine-simulation

https://www.musbikhin.com/pengantar-cx-programmer-seri-belajar-plc/

http://www.nirtec.com/index.php/machines-simulator-vr-2/

Sensor LM35 Menggunakan PLC

LAPORAN EKSPERIMEN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

PROGRAM STUDI S1 ELKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

SENSOR LM35 MENGGUNAKAN PLC

Disusun Oleh:

Nama : Fandri Dulhadh
NIM : 16/398402/PA/17363

Tujuan Eksperimen :

  1. Mahasiswa memahami konsep konversi input analog dari sensor LM35 menjadi digital menggunakan PLC
  2. Mahasiswa memahami proses scaling pada PLC

Dasar Teori :

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.

Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC

Hasil gambar untuk lm35

Karakteristik Sensor LM35.

  1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
  2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.
  3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
  4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
  5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
  6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
  7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
  8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

Dalam PLC terdapat berbagai tipe data yang bisa digunakan dalam program. Dapat berupa data biner, BCD, float atau real dan lain sebagainya.

Dalam PLC terdapat berbagai tipe data yang bisa digunakan dalam program. Dapat berupa data biner, BCD, float atau real dan lain sebagainya.

Konversi data biner menjadi BCD dapat digunakan perintah BCD (024).

BCD (024) mengkonversi data biner pada source menjadi BCD dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Data source harus berada antara 0000 dan 9999 dalam decimal atau 0000 dan 270F dalam hexadecimal.

Konversi data BCD menjadi data biner dapat digunakan perintah BIN (023).

BIN (023) mengkonversi data BCD pada source menjadi data biner dan menampilkan hasilnya pada R atau result.

Konversi data biner menjadi data float dapat digunakan perintah FLT (452).

FLT (452) mengkonversi data 16 bit signed binary pada source menjadi 32 bit data float dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Hanya nilai dalam range -32.768 sampai 32.768 yang dapat ditampung oleh source.

Konversi data float menjadi data biner menggunakan perintah FIX (450).

FIX (450) mengkonversi 32 bit data float pada source menjadi data 16 bit signed binary dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Hanya nilai integer atau nilai pokok dari data float saja yang dikonversikan menjadi data biner sedangkan nilai komanya dihilangkan. Nilai pokok harus berada dalam range -32.768 sampai 32.767.

PLC sifatnya mirip dengan mikrokontroller, hanya bisa mengolah data dalam bentuk digital sehingga data input analog harus dikonversikan dahulu ke dalam bentuk data digital. Cara konversinya menggunakan scaling. Scaling dalam PLC memiliki banyak perintah.

Konversi data unsigned binary menjadi data unsigned BCD berdasarkan fungsi linear tertentu menggunakan perintah SCL (194).

SCL (194) mengkonversi data unsigned binary pada source menjadi data unsigned BCD berdasarkan fungsi linear tertentu dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Alamat dari word pertama memuat 2 titik koordinat yaitu (As,Ad) dan (Bs,BD). As merupakan nilai minimum inputan sebelum dikonversi. Bs merupakan nilai maksimum inputan sebelum dikonversi. Ad merupakan nilai minimum setelah dikonversi. Bd merupakan nilai maksimum setelah dikonversi.

Konversi data signed binary menjadi data signed BCD berdasarkan fungsi linear tertentu menggunakan perintah SCL2 (486).

SCL2 (486) mengkonversi data signed binary pada source menjadi data signed BCD berdasarkan fungsi linear tertentu dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Dalam menentukan fungsi linearnya parameter pertama P1 merupakan tempat untuk menentukan offset, parameter kedua P1+1 merupakan tempat rentang nilai input (delta X), dan parameter ketiga P1+2 merupakan tempat rentang nilai output (delta Y).

Konversi data signed BCD menjadi data signed binary berdasarkan fungsi linear tertentu menggunakan perintah SCL3 (487).

SCL3 mengkonversi data signed BCD pada source menjadi data signed binary berdasarkan fungsi linear tertentu dan menampilkan hasilnya pada R atau result. Dalam menentukan fungsi linearnya parameter pertama P1, parameter kedua P1+1, parameter ketiga P1+2 hampir sama dengan SCL2 beda input dan output saja. Namun pada SCL3 bisa ditambahkan parameter keempat P1+3 untuk menentukan nilai maksimum konversi dan parameter kelima P1+4 untuk menentukan nilai minimum konversi.

Instruksi MOV juga sangat penting dalam proses konversi bilangan ini.

Instruksi MOV (021) ini berfungsi untuk memindahkan data pada source ke alamat tujuan.

Ladder Diagram :

Hasil dan Pembahasan :

Pada eksperimen kali ini dibuat program untuk membaca inputan dari sensor analog LM35 kemudian diubah ke dalam bentuk data digital BCD. Namun nilai bacaannya dikembalikan lagi dari BCD ke dalam bentuk voltase. Karakteristik dari bacaan sensor LM35 yaitu semakin panas suhunya maka nilai binary juga akan semakin naik. Nilai bacaan binary sebanding dengan perubahan suhunya.

Dalam menyelesaikan kasus ini, dapat digunakan program yang sama seperti sebelumnya ketika membaca inputan analog dari potensiometer. Pada program itu digunkan perintah SCL2 untuk mengkonversi bacaan analog dari sensor. Outputnya akan ditampilkan pada alamat D200 dalam bentuk data signed BCD. Alamat parameternya dimulai dari D30. Kemudian dibuat fungsi linear dari scalingnya dimulai dari parameter 1. Parameter 1 untuk menetukan offset dan terletak pada alamat D30. Pada alamat D30 dimasukkan nilai 0 sebagai nilai offset. Kemudian parameter kedua untuk menentukan rentang nilai input (delta X). Parameter kedua ini otomatis terletak pada alamat D31. Pada alamat D31 ini ditentukan nilainya 6000 dalam bentuk data signed biner. Karena nilai offsetnya di 0 maka nilai maksimum data biner inputnya adalah 6000. Kemudian parameter ketiga untuk menentukan rentang nilai output (delta Y). Parameter ketiga ini juga otomatis terletak pada alamat D32. Pada alamat D32 ditentukan nilainya 10 dalam bentuk data signed BCD. Karena nilai offsetnya berada di 0 maka nilai output maksimalnya adalah 10.

Data output pada SCL2 ini menjadi data input atau source dari SCL3 dengan alamat D200. SCL3 ini akan mengkonversikan data signed BCD menjadi data signed binary dengan nilai fungsi linear scaling yang berbeda. Scaling pada SCL3 digunakan untuk menampilkan nilai output berupa voltase dengan rentang dari 0 sampai 5 volt. Outputnya ditampilkan pada alamat D201 dalam bentuk data signed binary. Pada SCL3 terdapat 5 parameter yang bisa diubah dan divariasikan. Parameter 1 sampai 3 hampir sama seperti SCL2, parameter keempat untuk menentukan nilai maksimum konversi dan parameter kelima untuk menentukan nilai minimum konversi. Parameter 4 terletak pada alamat D103. Pada alamat D103 ditentukan nilai maksimum konversinya yaitu 10 walaupun ditulis dalam bentuk BCD tetap yang dipakai bentuk signed binarinya. Parameter 5 terletak pada alamat D104. Pada alamat D104 ditentukan nilai minimum konversinya yaitu 0 walaupun ditulis dalam bentuk BCD tetap yang dipakai bentuk signed binarinya. Parameter 1 untuk menentukan offset dan terletak pada alamat D100. Pada alamat D100 dimasukkan nilai 0 sebagai nilai offset. Kemudian parameter kedua untuk menentukan rentang nilai input (delta X). Parameter kedua ini otomatis terletak pada alamat D101. Pada alamat D101 ditentukan nilainya 10 dalam bentuk data signed BCD. Karena nilai offset di set 0 maka nilai maksimum dari inputan signed BCD adalah 10. Kemudian parameter ketiga untuk menentukan rentang nilai output (delta Y). Parameter ketiga ini juga otomatis terletak pada alamat D102. Pada alamat D102 ditentukan nilainya 5 dalam bentuk data signed binary, walaupun ditulis dalam bentuk data BCD tetap secara otomatis dimasukkan dalam bentuk binarinya. Karena nilai offsetnya berada di 0 maka nilai output maksimalnya adalah 5. Nilai ini akan merujuk ke nilai maksimum 5 volt dan nilai 0 akan merujuk ke nilai minimum 0 volt. Nilai ini masih dalam bentuk signed biner. Kemudian digunakan perintah FLT untuk mengubah nilai signed binary menjadi data real (float). Output SCL3 pada alamat D201 menjadi input source dengan alamat yang sama pada FLT. Hasil output dari proses konversi ini ditampilkan pada alamat D202. Hasil simulasinya sebagai berikut.

  1. Ketika berada di nilai minimum

2. Ketika berada di nilai maksimum

Tidak ada proses scaling yang fungsi linearnya terdiri dari titik data floating sehingga harus dikonversi terpisah dari sistem scaling tersebut.

Kesimpulan :

Sensor suhu memiliki karakteristik nilai bacaan binary sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhunya maka bacaan binary juga semakin naik.

Sistem scaling terbagi menjadi tiga yaitu SCL, SCL2, SCL3. Namun tidak ada proses scaling tersebut yang berupa data floating, umumnya berupa data unsigned BCD atau unsigned binary dan data signed BCD atau signed binary.

PLC memiliki berbagai macam tipe data seperti data biner baik unsigned maupun signed, data BCD baik unsigned maupun signed, data float dan lain sebagainya. Masing-masingnya memiliki perintah konversi khusus.

Referensi :

http://jagootomasi.com/belajar-plc-tentang-konversi-data/

http://jagootomasi.com/skala-di-plc-omron-menggunakan-perintah-scl/

https://akirajunto.wordpress.com/2009/11/10/plc-omron-cj1m-series-analog-input/

PENJELASAN TENTANG LM35